PENCARIAN — BATIN YANG TERSIKSA — PENDEKATAN TRADISIONAL —
PERANGKAP KEHORMATAN — MANUSIA DAN INDIVIDU –
PERJUANGAN HIDUP — SIFAT DASAR MANUSIA — TANGGUNG JAWAB –
KEBENARAN — PERUBAHAN DIRI — PEMBOROSAN ENERGI —
KEBEBASAN DARI OTORITAS.
PERANGKAP KEHORMATAN — MANUSIA DAN INDIVIDU –
PERJUANGAN HIDUP — SIFAT DASAR MANUSIA — TANGGUNG JAWAB –
KEBENARAN — PERUBAHAN DIRI — PEMBOROSAN ENERGI —
KEBEBASAN DARI OTORITAS.
Sepanjang
masa orang mencari sesuatu yang lebih luhur daripada dirinya sendiri, yang ada
di balik kemakmuran materi - sesuatu yang kita sebut kebenaran atau Tuhan atau
kenyataan, satu keadaan tanpa waktu - sesuatu yang tak bisa terganggu oleh
keadaan sekitar, oleh akal atau oleh kebusukan hati manusia.
Orang
senantiasa bertanya: apakah artinya semua ini? Apakah hidup mempunyai arti?
Orang melihat kebingungan hidup yang luar biasa, keganasan-keganasan, pemberontakan,
peperangan, perpecahan tanpa akhir dalam agama, ideologi dan kebangsaan; dan
dengan perasaan kecewa yang mendalam, apakah yang dapat kita lakukan, apakah
yang kita sebut hidup itu, apakah di balik semua ini ada sesuatu?
Karena
tidak menemukan sesuatu tak bernama yang diberinya seribu nama, sesuatu yang
senantiasa dicarinya, maka orang telah mengembangkan kepercayaan-kepercayaan
pada seorang juru selamat atau sebuah cita-cita ---dan kepercayaan selalu
menimbulkan kekerasan.
Dalam
perjuangan yang tak henti-hentinya dan yang kita sebut kehidupan ini, kita
berusaha mendirikan satu tata krama tingkah laku yang disesuaikan dengan
masyarakat tempat kita dibesarkan ---apakah itu sebuah masyarakat komunis atau
apa yang disebut masyarakat bebas. Kita menerima suatu pola tingkah laku yang
merupakan bagian dari tradisi kita sebagai orang Hindu, orang Islam atau orang
Kristen atau golongan apapun lainnya. Kita mengharapkan pimpinan dari seseorang
yang memberitahu kita tentang apa itu kelakuan yang baik atau buruk , apa itu yang
disebut pikiran yang benar atau yang salah , dan dalam menganut pola tertentu
ini kelakuan dan pikiran kita menjadi mekanis, jawabanjawaban kita terhadap
peristiwa-peristiwa yang kita alami menjadi otomatis. Kita dengan sangat mudah
dapat mengamati hal ini dalam diri kita sendiri.
Selama
berabad-abad kita telah diindoktrinasi oleh para guru kita, para pemimpin kita,
buku-buku kita, orang-orang yang kita anggap suci. Kita berkata: ”Beritahu aku
segalanya tentang hal itu ---apa yang ada di balik bukit-bukit, gunung-gunung
dan bumi ini?” kemudian kita merasa puas dengan deskripsi yang mereka berikan.
Itu
berarti bahwa hidup kita didasarkan pada kata-kata belaka dan hidup kita
bersifat dangkal dan kosong. Kita tidak orisinil. Selama ini kita hidup
berdasarkan apa yang telah diberitahukan kepada kita, baik karena terdorong
oleh kecenderungan-kecenderungan, sifat-sifat bawaan kita, ataupun karena kita
terpaksa menerima segalanya itu karena situasi atau lingkungan.
Kita
merupakan hasil dari segala macam pengaruh dan tak ada apapun yang baru di
dalam diri kita, tak ada apapun yang telah kita temukan sendiri dalam diri
kita; tak ada yang orsinil, murni, jelas.
Dalam
seluruh sejarah teologi menunjukkan bahwa kita telah diyakinkan oleh
pemimpin-pemimpin agama, bila kita melakukan upacaraupacara tertentu, mengulang
do'a-do'a atau mantra-matra tertentu, menganut pola-pola tingkah laku tertentu,
menekan keinginan-keinginan kita, mengontrol pikiran-pikiran kita, memperhalus
perasaan-persaan kita, membatasi kesukaan-kesukaan kita dan menjauhkan diri
dari pelampiasan nafsu seks kita, maka setelah melalui siksaan jiwa dan raga
yang cukup, kita akan menemukan sesuatu yang lain di balik kehidupan yang
kerdil ini. Dan itulah yang telah dilakukan berjuta-juta orang yang alim selama
berabad-abad, baik dengan hidup di tempat terasing, pergi ke padang pasir atau
ke gunung atau gua, atau berkelana dari desa ke desa sambil membawa mangkuk
minta-minta, atau dengan masuk kelompok tertentu hidup dalam sebuah biara,
memaksa batinnya untuk menyesuaikan diri dengan sebuah pola hidup yang tetap.
Tetapi batin yang tersiksa, batin yang retak, batin yang ingin lari dari semua
kekalutan, yang telah mengingkari dunia lahir dan telah dibuat tumpul oleh
disiplin dan konformitas - batin yang demikian itu, betapapun lamanya ia
mencari, hanya akan menemukan sesuai dengan pemutar-balikan kenyataan yang ada
di dalam dirinya.
Maka
untuk menemukan apakah sesungguhnya ada atau tidak ada sesuatu di balik
kehidupan yang penuh kekuatiran, dosa, ketakutan dan persaingan ini, menurut
hematku, orang harus menghadapinya dengan sikap yang lain samasekali.
Pendekatan tradisional berlangsung dari luar ke dalam; dan melalui waktu,
praktek dan pengingkaran, setahap demi setahap menuju ke hati-sanubari,
keindahan batin dan cinta kasih, - dalam kenyataan itu berarti: melakukan
segala sesuatu yang membuat diri orang jadi sempit, picik dan munafik;
menguliti diri selapis demi selapis; mengambil waktu; hari besok bolehlah,
kehidupan yang akan datang jadilah - dan bila pada akhirnya orang sampai ke
pusat yang terdalam, ia tidak menemukan apa-apa di sana karena batinnya telah
dibuat tidak mampu apa-apa,bodoh dan tidak peka.
Setelah
mengamati proses ini, orang bertanya kepada dirinya sendiri, apakah ada suatu
pendekatan yang lain samasekali - artinya, apakah tak ada kemungkinan untuk
meledak dari pusat?
Dunia
menerima dan menganut pendekatan tradisional. Penyebab utama kekacauan batin
kita ialah upaya untuk mengejar kebenaran yang dijanjikan oleh orang lain;
secara mekanis kita menganut orang lain yang menjanjikan suatu kehidupan
spiritual yang menyenangkan. Suatu hal yang luar biasa ialah, bahwa walaupun
kebanyakan diantara kita menentang tirani politik dan kediktatoran, tetapi
secara batiniah kita sebenarnya menerima otoritas, tirani orang lain untuk
mengubah batin dan cara hidup kita. Bila kita menolak secara menyeluruh - tidak
hanya secara intelektual, tetapi secara nyata - segala sesuatu yang disebut
otoritas spiritual,segala upacara, ritual dan dogma, maka itu berarti, bahwa
kita berdiri seorang diri dan sudah berada dalam konflik dengan masyarakat; maka
kita bukan manusia yang minta dihormati lagi. Manusia yang minta dihormati
tidak mungkin mendekati kebenaran yang abadi, yang tak terukur.
Sekarang
Anda telah mulai dengan mengingkari sesuatu yang mutlak salah - pendekatan
tradisional - tetapi bila Anda mengingkarinya sebagai sebuah reaksi, maka Anda
akan menciptakan satu pola lain yang akan menjebak Anda; bila Anda berkata
kepada diri Anda sendiri secara intelektual, bahwa pengingkaran ini sebuah ide
yang sangat baik tetapi Anda tak melakukan apa-apa, Anda tak bisa maju
setapakpun. Tetapi bila Anda mengingkarinya oleh karena anda mengerti ketololan
dan ketidakdewasaan pendekatan semacam itu, bila Anda menolaknya dengan kecerdasan
yang besar, karena Anda bebas dan tidak takut, maka meski Anda akan menimbulkan
suatu gangguan besar di dalam diri Anda dan di sekitar Anda, tetapi Anda akan
keluar dari perangkap kehormatan. Maka Anda akan menemukan bahwa Anda tidak
mencari lagi. Itulah hal pertama untuk dipelajari - tidak mencari. Bila Anda
mencari, maka yang Anda lakukan sebenarnya hanyalah nonton etalase.
Pertanyaan
tentang apakah ada suatu Tuhan atau kebenaran atau kenyataan, atau dengan nama
apapun Ia hendak Anda sebut, tak pernah akan terjawab oleh buku, pendeta, ahli
filsafat atau juru selamat. Tak seorangpun dan apapun dapat menjawab pertanyaan
itu kecuali Anda sendiri dan itulah sebabnya mengapa Anda harus memahami diri
Anda sendiri. Ketidak-dewasaan hanya terletak dalam ketidakpahaman total tentang
si aku. Mengerti diri Anda sendiri adalah permulaan dari kearifan.
Dan
apakah diri Anda itu, Anda sebagai individu? Aku berpendapat, bahwa ada
perbedaan antara seorang makhluk manusia dan seorang individu. Seorang individu
adalah kesatuan lokal, yang hidup dalam satu daerah tertentu, termasuk satu
kebudayaan tertentu, suatu masyarakat tertentu, suatu agama tertentu. Seorang
manusia bukan sebuah kesatuan lokal. Ia ada dimana-mana. Bila si individu hanya
bertindak di salah satu sudut tertentu dari medan kehidupan yang luas maka
tindakannya itu samasekali tak berhubungan dengan keseluruhan medan kehidupan
itu. Maka perlulah dicatat, bahwa kita di sini berbicara tentang keseluruhan
itu bukan tentang bagiannya, karena didalam yang lebih besar itu terkandung yang
lebih kecil, tetapi didalam yang lebih kecil tidak terkandung yang lebih besar.
Si individu adalah kesatuan kecil yang bersyarat, penuh duka dan frustrasi,
yang puas dengan dewa-dewanya yang kerdil dan tradisitradisinya yang kerdil,
sedangkan manusia berkepentingan dengan keseluruhan kesejahteraan, keseluruhan
duka nestapa dan keseluruhan kebingungan dunia.
Kita
makhluk-makhluk manusia tak pernah berubah sejak berjuta-juta tahun - sangat
rakus, cemburu, agresif, iri hati, penuh kekuatiran dan keputusasaan, dengan
kadang-kadang beberapa kilas rasa gembira dan kasih sayang. Kita merupakan satu
campuran aneh dari kebencian, ketakutan dan kelembutan hati; kita adalah
kedua-duanya; kekerasan dan perdamaian. Kita telah membuat kemajuan lahiriah
dari gerobak hingga pesawat jet, tetapi di dalam batin si individu belum pernah
terjadi perubahan apa-apa, sedangkan struktur masyarakat di seluruh dunia telah
diciptakan oleh individu-individu. Struktur lahiriah masyarakat adalah hasil
struktur psikologis hubungan antar manusia, karena si individu adalah hasil
keseluruhan pengalaman, pengetahuan dan tingkah laku umat manusia. Kita
masing-masing merupakan gudang simpanan segala sesuatu yang telah lampau. Si
individu adalah manusia yang merupakan keseluruhan umat manusia. Seluruh
sejarah manusia tertulis di dalam batin kita.
Amatilah
apa yang sesungguhnya berlangsung di dalam diri Anda dan di luar diri Anda,
dalam kebudayaan yang berintikan persaingan, yakni tempat hidup Anda, dengan
keinginannya akan kekuasaan, kedudukan, prestise, nama dan sukses dan apapun
lainnya - amatilah prestasi-prestasi yang demikian Anda banggakan, amatilah
keseluruhan bidang yang Anda sebut kehidupan dan di mana terdapat pertentangan
dalam setiap bentuk hubungan, yang menimbulkan kebencian, pertentangan,
keganasan dan peperangan yang tanpa akhir. Bidang ini, kehidupan ini, hanya
itulah yang kita kenal, dan karena kita tak dapat memahami perjuangan hidup
yang dahsyat itu maka dengan sendirinya timbullah ketakutan pada kita, dan kita
menemukan pelarian diri dari dunia yang demikian itu melalui berbagai macam
jalan yang cerdik. Kitapun takut akan hal-hal yang tidak kita kenal - takut
akan kematian, takut akan segala sesuatu yang terletak di balik hari esok. Jadi
kita takut akan hal-hal yang kita kenal dan takut akan hal-hal yang tidak kita
kenal. Inilah kehidupan kita sehari-hari dan di dalamnya tak ada harapan,
sehingga setiap bentuk filsafat, setiap bentuk konsep teologis, hanyalah
semata-mata pelarian dari keadaan yang sesungguhnya .
Semua
bentuk perubahan luar yang ditimbulkan perang, revolusi, reformasi, hukum dan
ideologi, telah gagal total dalam mengubah sifat dasar manusia, jadi juga sifat
dasar masyarakat. Sebagai makhluk-makhluk manusia yang hidup di dunia yang
jelek dan mengerikan ini, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri,
apakah masyarakat ini, suatu masyarakat yang didasarkan pada persaingan,
keganasan dan ketakutan, bisa berakhir? Bukannya berakhir sebagai sebuah konsep
intelektual ataupun sebuah harapan, melainkan sebagai sebuah fakta aktual;
berakhir, hingga jiwa kita menjadi segar, baru dan murni dan dapat membangun
sebuah dunia yang samasekali lain. Menurut pendapatku, itu hanya bisa, bila
kita masingmasing melihat fakta pokok, bahwa kita sebagai individu, sebagai
makhluk manusia, di bagian dunia manapun kita berdiam atau dalam lingkungan kebudayaan
macam apapun, kita berada, kita bertanggung jawab sepenuhnya atas keseluruhan
keadaan dunia.
Kita
masing-masing bertanggung jawab atas setiap peperangan yang timbul, yaitu
karena agresivitas dalam kehidupan kita sendiri, karena nasionalisme kita
karena nafsu mementingkan diri sendiri karena dewadewa kita,
prasangka-prasangka kita, cita-cita kita, yang semuanya itu memecah belah kita.
Dan hanya bila kita melihat dengan nyata – bukan secara intelektual, melainkan
secara aktual, sama aktualnya seperti kita menyadari rasa lapar atau sakit -
bahwa Anda dan aku bertanggung jawab atas segala kekacauan yang ada, atas semua
nestapa di seluruh dunia ini, karena kita telah ikut menimbulkan hal itu di
dalam kehidupan kita seharihari dan karena kita merupakan bagian dari
masyarakat mengerikan yang penuh peperangan, pemecah-belahan, kejelekan,
keganasan dan keserakahan itu - maka barulah kita bisa bertindak.
Tetapi
apakah yang dapat dilakukan seorang manusia - apakah yang dapat dilakukan oleh
Anda dan aku - untuk menciptakan sebuah masyarakat yang samasekali lain ? Yang
kini kita ajukan kepada diri kita ialah sebuah pertanyaan yang sangat serius.
Apakah ada sesuatu yang dapat kita lakukan? Apa yang telah kita lakukan? Adakah
seseorang yang dapat memberitahu kita? Memang benar orang bisa memberitahu
kita. Yang biasanya disebut pemimpin spiritual, yang dianggap lebih paham daripada
kita tentang segalanya, telah memberitahu kita dengan cara memilin dan
membentuk kita ke dalam suatu pola baru, dan hal itu tidaklah membuat kita
banyak berubah; orang-orang yang cerdik dan yang terpelajar telah memberitahu
kita, tetapi hal itu tak membawa kemajuan apapun pada kita. Kita telah
diberitahu bahwa semua jalan menuju kebenaran; Anda mempunyai lorong Anda
sendiri sebagai seorang Hindu dan orang lainpun mempunyai lorongnya sendiri
sebagai orang Kristen dan orang lainnya lagi sebagai seorang Muslimin, dan
semua orang itu akan bertemu pada pintu yang sama. Bila Anda mengamati hal itu,
maka akan jelas kelihatan kemustahilannya. Kebenaran itu tak berlorong, dan
itulah keindahan kebenaran, ia seuatu yang hidup. Sebuah benda mati mempunyai
lorong yang menuju kepadanya karena ia sesuatu yang statis, akan tetapi bila
Anda melihat bahwa kebenaran itu sesuatu yang hidup, bergerak, sesuatu yang tak
bertempat tinggal tetap, sesuatu yang tidak terdapat di dalam kuil, mesjid
ataupun gereja, dan tiada agama, tiada guru, tiada ahli filsafat, tak ada
siapapun yang dapat menuntun Anda kepadanya - maka Anda akan melihat pula,
bahwa hal yang hidup ini adalah Anda yang sebenarnya - kemarahan Anda,
keganasan Anda, kekerasan Anda, keputusasaan Anda, kesengsaraan, duka nestapa
yang Anda alami. Dalam pemahaman tentang semuanya inilah terdapat kebenaran,
dan Anda hanya akan memahaminya bila Anda tahu bagaimana cara mengamati segala sesuatu
ini di dalam hidup Anda. Anda tak dapat melihatnya melalui suatu ideologi, melalu
suatu tirai kata-kata, melalui harapan-harapan dan ketakutan.
Demikianlah
Anda melihat bahwa Anda tak dapat bergantung pada siapapun juga. Tak ada
penunjuk jalan, tak ada guru, tak ada otoritas. Yang ada hanyalah Anda -
hubungan Anda dengan orang-orang lain dan dengan dunia - tak ada apa pun selain
itu. Bila Anda menyadari hal ini, maka pada Anda akan timbul satu diantara dua
hal: atau Anda tertimpa rasa putus asa yang besar, yang menimbulkan sifat sinis
dan kepahit-getiran, atau dalam hal Anda berhadapan dengan fakta yang
mengatakan bahwa hanya Anda dan bukan siapapun juga bertanggung jawab atas
dunia dan diri Anda sendiri, bertanggung jawab atas segala sesuatu yang Anda
rasakan, atas segala tindakan Anda - segala rasa iba pada diri Anda sendiri
lenyap. Biasanya kita berusaha melimpahkan kesalahan pada orang-orang lain, yang
merupakan salah satu bentuk rasa iba diri.
Karena
itu, tanpa pengaruh dari luar, tanpa bujukan bentuk apapun, tanpa rasa takut
akan hukuman - dapatkah kita di dalam hati sanubari kita membuat revolusi
total--- suatu mutasi psikologis sedemikian rupa, hingga kita tidak bersifat
ganas lagi, bersifat penuh kekerasan, suka bersaing, penuh kekuatiran, penuh
ketakutan, serakah, cemburu dan wujud-wujud sifat kita lainnya yang telah
membangun satu masyarakat busuk yang menjadi tempat hidup kita sehari-hari ini?
Suatu
hal yang penting untuk dimengerti sejak mula sekali ialah, bahwa aku tidaklah
merumuskan sebuah filsafat ataupun sebuah struktur ide teologis atau konsep
teologis. Bagiku semua ideologi itu tolol sekali. Yang penting bukannya suatu
filsafat hidup, melainkan pengamatan tentang apa yang sesungguhnya sedang
berlangsung di dalam kehidupan kita sehari-hari, baik yang di luar maupun yang
di dalam diri kita.
Bila
Anda mengamati dengan sangat cermat apa yang sedang terjadi dan menelitinya,
Anda akan melihat bahwa peristiwa itu didasari oleh suatu konsepsi intelektual,
dan intelek itu bukanlah keseluruhan medan kehidupan; ia hanya salah satu
bagian saja, dan satu bagian, yang betapa cerdikpun susunannya, betapapun kuno
dan tradisionalnya, ia tetap satu bagian kecil saja dari kehidupan, sedangkan
yang kita harus hadapi ialah keseluruhan hidup. Maka bila kita mengarahkan
pandangan kita kepada apa yang sedang berlangsung di dunia ini, mulailah kita
mengerti bahwa tak ada proses luar dan dalam; yang ada hanyalah satu proses
tunggal, satu gerak total yang utuh, satu gerak batin yang mengekspresikan
dirinya sebagai gerak lahir, sedangkan gerak lahir ini selanjutnya bereaksi
lagi terhadap gerak batin. Pada hemat saya berkemampuan melihat semuanya inilah
yang kita perlukan, sebab bila kita tahu bagaimana caranya melihat, maka
seluruh peristiwa menjadi sangat terang, dan untuk dapat melihat, kita tidak
memerlukan filsafat ataupun guru. Tak ada seorangpun yang perlu memberi tahu
Anda bagaimana seharusnya Anda melihat sesuatu. Anda melihat saja, titik.
Kini
dapatkah Anda, sambil melihat keseluruhan lukisan ini - melihatnya bukan
melalui kata-kata tetapi secara nyata - dapatkah Anda dengan gampang, dengan
spontan, mengubah diri Anda sendiri? Itulah masalah sebenarnya. Apakah mungkin
untuk menimbulkan suatu revolusi menyeluruh di dalam batin ?
Aku
ingin tahu reaksi apa yang akan timbul pada Anda terhadap pertanyaan semacam
itu. Anda bisa berkata: "Aku tak mau berubah", dan banyaklah orang
yang bersikap demikian, terutama mereka yang sudah cukup terjamin kehidupan
sosial dan ekonominya, atau mereka yang berpegang pada kepercayaan-kepercayaan
dogmatis dan telah puas menerima dirinya sendiri dan apa pun di sekitarnya
sebagaimana adanya atau dalam bentuk yang hanya sedikit berubah. Orang-orang
semacam ini bukanlah orang-orang yang sedang kita pikirkan di sini. Atau Anda
dapat pula berkata secara lebih halus: "Itu sesuatu yang terlalu sukar,
biarlah itu persoalan bagi orang lain, bukan bagiku", yang berarti bahwa
Anda sudah menghalangi diri Anda sendiri, Anda sudah berhenti menyelidiki dan
akan tak ada gunanya lagi untuk meneruskan persoalan ini lebih jauh. Atau mungkin
Anda berkata: "Aku melihat perlunya suatu perubahan fundamental dalam
diriku, tetapi bagaimana aku harus melakukannya? Tunjukkanlah jalan kepadaku,
tolonglah, bawalah aku kepadanya". Bila Anda berkata demikian maka yang
Anda minati sebenarnya bukanlah perubahan itu sendiri; Anda tidak benar-benar
menaruh perhatian terhadap revolusi yang fundamental: Anda sekedar mencari satu
metode, satu sistem, supaya Anda bisa menimbulkan perubahan.
Bila
aku cukup tolol untuk memberikan Anda sebuah sistim dan bila Anda cukup tolol
untuk menganutnya, maka yang akan Anda lakukan hanyalah perbuatan mencontoh,
meniru, menyesuaikan diri, menerima, dan bila Anda berbuat demikian, Anda telah
menanamkan otoritas orang lain di dalam diri Anda, sehingga terjadi
pertentangan antara Anda dan otoritas itu. Anda merasa, bahwa Anda harus
melakukan hal ini dan itu karena Anda telah diberitahu untuk berbuat demikian,
tetapi Anda tak mampu melakukannya. Anda mempunyai kesukaan, kecenderungan dan
tuntutan khusus Anda yang bertentangan dengan sistim yang Anda anggap harus Anda
turuti, dan karenanya timbul pertentangan. Maka Anda akan mengalami kehidupan
ganda antara ideologi sistim itu dan aktualitas kehidupan Anda sehari-hari.
Dalam usaha untuk menyesuaikan hidup Anda dengan ideologi itu, Anda mengadakan
tekanan terhadap diri Anda sendiri - sedangkan yang benar-benar aktual bukanlah
ideologi itu melainkan keadaan Anda yang sebenarnya. Bila Anda mencoba menyelidiki
diri Anda sendiri sesuai dengan pendapat orang lain, Anda akan selalu hidup
sebagai seorang manusia peniru.
Seseorang
yang berkata: "Aku ingin berubah, beritahukan aku bagaimana caranya",
akan tampak sangat bersungguh hati, sangat serius, tetapi ia tidaklah
betul-betul demikian. Yang diinginkannya ialah satu otoritas yang ia harapkan
akan membuat batinnya tertib. Tetapi dapatkah otoritas membuat batin menjadi
tertib ? Ketertiban yang dipaksakan dari luar selalu menimbulkan kekacauan.
Anda mungkin melihat kebenaran akan hal ini secara intelektual, tetapi dapatkah
Anda melaksanakannya secara aktual sedemikian rupa hingga batin Anda tidak lagi
memproyeksikan otoritas bentuk apapun, apakah itu otoritas yang datang dari
sebuah buku, seorang guru, seorang isteri atau suami, ibu atau ayah, seorang
teman ataupun otoritas masyarakat? Soalnya ialah, bahwa kita selalu berbuat
menurut pola sebuah formula, lalu formula ini menjadi ideologi dan otoritas;
tetapi di saat Anda benar-benar melihat bahwa pertanyaan "Bagaimanakah
caranya aku bisa berubah?" menciptakan lagi suatu otoritas baru, Anda
telah menghapus otoritas untuk selama-lamanya.
Marilah
kita nyatakan lagi hal ini dengan jelas: Aku melihat bahwa aku harus berubah
secara menyeluruh mulai dari akar-akar kehidupanku; aku tak dapat lagi
menggantungkan diri pada tradisi apapun karena tradisi itu telah membawa sifat
malas yang luar biasa ini, sifat menerima dan sifat menurut; aku tak mungkin
menoleh kepada orang lain untuk membantuku untuk berubah, aku tak mungkin minta
bantuan kepada guru siapapun, Tuhan manapun, kepercayaan apapun, sistim apapun,
tekanan atau pengaruh luar apapun. Kemudian apakah yang akan terjadi? Pertama-tama, dapatkah Anda menolak semua
macam otoritas? Bila Anda dapat, itu berarti bahwa Anda tidak takut lagi. Maka
apakah yang terjadi? Bila Anda menolak sesuatu yang tak benar yang telah Anda
bawa keturunan demi keturunan, bila Anda membuang sesuatu beban macam apapun,
apakah yang terjadi? Anda lalu mempunyai energi lebih besar, bukankah begitu?
Anda akan mempunyai energi, kapasitas yang lebih besar, semangat yang lebih
besar, intensitas dan vitalitas yang lebih besar. Bila Anda tidak merasakan
ini, maka Anda belumlah membuang beban itu, Anda belum meniadakan tindihan
otoritas di punggung anda.
Tetapi
bila Anda telah membuangnya dan mempunyai energi yang sama sekali tak
mengandung rasa takut ini - tak ada rasa takut untuk berbuat salah, tak ada
rasa takut untuk berbuat benar atau salah – maka bukankah energi demikian
itulah sebuah mutasi? Kita memerlukan sejumlah besar energi dan kita memboroskannya
melalui rasa takut, tetapi bila energi ini ada, energi yang muncul pada waktu
setiap bentuk rasa takut dibuang, maka energi itu sendiri menghasilkan revolusi
batin yang kita maksudkan. Anda tak perlu berbuat apapun untuk itu.
Jadi
Anda telah ditinggalkan dengan diri Anda sendiri, dan itulah keadaan sebenarnya
seseorang yang sungguh-sungguh serius tentang segala hal ini, dan karena Anda
tidak mengharapkan pertolongan lagi dari orang lain ataupun sesuatu yang lain,
Anda sudah menjadi bebas untuk menemukan sesuatu yang baru. Dan dimana ada
kebebasan tak akan ada perbuatan salah.
Kebebasan
adalah sesuatu yang berlainan sama sekali dengan pemberontakan. Tak ada berbuat
benar atau salah bila ada kebebasan. Anda adalah bebas dan dari pusat itu Anda
bertindak. Oleh karena itu rasa takut tak ada dan batin yang tak punya rasa
takut mempunyai kemampuan untuk benar-benar cinta. Dan bila ada cinta, ia boleh
berbuat sekehendaknya.
Sebab
itu, yang akan kita lakukan kini ialah belajar tentang diri kita sendiri tidak
menurut saya atau menurut seorang analis atau ahli filsafat - karena bila kita
belajar tentang diri kita sendiri menurut orang lain, kita belajar tentang
orang itu, tidak tentang diri kita sendiri - kita akan belajar tentang apakah
kita sebenarnya.
Setelah
menyadari bahwa untuk menimbulkan revolusi yang menyeluruh dalam batin kita
sendiri, kita tak dapat menggantungkan diri pada otoritas luar mana pun, maka
masih ada lagi satu kesukaran yang jauh lebih besar; yaitu menolak otoritas
dari pengalaman-pengalaman kecil dan pendapat-pendapat , pengetahuan, ide-ide
dan ideal-ideal yang telah kita kumpulkan sendiri. Anda telah mendapatkan suatu
pengalaman di hari kemarin, yang memberi Anda satu pelajaran tertentu dan apa
yang telah diajarkan kepada Anda itu menjadi otoritas baru - dan otoritas hari
kemarin itu sama-sama bersifat merusak sebagai halnya otoritas pengalaman
seribu tahun. Untuk mengerti diri kita sendiri tidak diperlukan otoritas, apa
ia otoritas hari kemarin ataukah seribu tahun, karena kita adalah benda-benda hidup,
selalu dalam keadaan bergerak, mengalir, tak pernah berhenti. Bila kita
memandang diri kita sendiri dengan otoritas hari kemarin yang telah mati, kita
tidak akan mengerti gerak hidup itu serta keindahan dan kualitasnya.
Terbebas
dari semua macam otoritas, baik otoritas Anda sendiri maupun otoritas orang
lain, berarti mati terhadap segala sesuatu yang terdapat di hari kemarin begitu
rupa, hingga batin Anda selalu segar, selalu muda, murni, penuh semangat dan
gairah. Hanya dalam keadaan itulah orang bisa belajar dan mengamati. Dan untuk
ini diperlukan suatu kesadaran yang sangat besar, satu kesadaran aktual tentang
apa yang sedang berlangsung di dalam diri Anda sendiri, tanpa mengoreksinya
atau mengatakan apa yang seharusnya atau apa yang seharusnya tidak terjadi, karena
pada saat Anda mengoreksi Anda telah membentuk otoritas lainnya, yaitu suatu
sensor.
Demikianlah
maka kita akan bersama-sama menyelidiki diri kita sendiri--- bukannya seseorang
memberi penjelasan sambil Anda membaca, menyetujui atau tidak menyetujuinya
selagi Anda mengikuti kata-kata yang tertera pada halaman-halaman buku ini,
melainkan kita bersamasama membuat satu perjalanan, satu perjalanan untuk
menyelami sudutsudut batin kita yang paling tersembunyi. Dan untuk membuat
perjalanan semacam itu kita harus dapat berjalan enteng; kita tak boleh
dibebani pendirian-pendirian, prasangka-prasangka dan kesimpulan-kesimpulan ---
segala perabot tua yang telah kita kumpulkan selama duaribu tahun terakhir dan
lebih. Lupakanlah segala sesuatu yang Anda ketahui tentang diri Anda sendiri;
lupakan segala-galanya yang pernah Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri;
kita kini akan mulai seakan-akan kita tak tahu apa-apa.
Tadi
malam hujan telah turun dengan lebatnya, dan kini langit mulai cerah; hari ini
baru dan segar. Marilah kita menyongsong hari yang segar itu seakan-akan ia
satu-satunya hari yang ada. Marilah kita memulai perjalanan kita bersama dengan
meninggalkan semua kenangan hari kemarin - dan mulai memahami diri kita sendiri
untuk pertama kalinya.